Jumat, 15 April 2011

Mendeteksi ‘Sok Tahu’

“Sok tau lo…!!”, “Makanya jadi org jgn sok tau..!”
Ntah berapa ucapan uda kita denger yg trpksa keluar krn lihat org yg mmang sok tau, sok pinter, en sok pengalaman… Soal kalimat, hoo org kita paling jago buat kalimat2 pedas utk org yg sok tau.. Dua di atas ud cukup mewakili lah,, Tapi bukan itu masalahnya. Yg jd masalah, orang yg sok tahu itu biasanya justru nggak nyadar kalo dia sedang sok tau.
Saya kira nggak ada yg doyan ama ‘sayur’ SOK ini.. ((hihih, mirip sayur sop mungkin)) Ada sok cantik lah, sok ganteng lah, sok kaya lah, sok baik lah, sok tau lah,, wah se-abrek pasangan ‘sok’ yg uda kita kenal. Tapi ada satu khasnya org sumatra yg ane tau, SOK MANTAB.. ((sok tau nggak aku ini ya.., tapi betulkan, pada suka bilang gitu..?*_*))
Intinya, intinya saya nulis begini ni bukan krn sok tau… Tapi mau ngasi tau dgn cara mengaca diri dari org2 sekitar kita yg mmg kbnyakn pada sok begitu. Atau justru malah kita ni yg suka nge-Sok. ((Upzc, jgn salah baca!!))
Yah, saya cuma mau bahas dari yg paling sering aja, SOK TAHU… Perkaranya uda ana sebutkan di awl tadi. YANG SOK TAU ITU MALAH NGGAK NYADAR KALO DIA SOK TAU.. mending sok tau tapi ngaku nggak tau.. Nah,, krn kita juga pengen tahu sok tau itu bagaiamana, krn kita kan khawatir jangan-jangan kita sedang sok tau.. hihhh, jauh-jauh dahh… semoga nggk jd org yg sok tau.. Soalnya kalo uda sok, berarti nggak beneran.. iya kan.. Mending aslinya tau, walaupun org2 bilang sok tau.. Tapi, lebih mending lagi kalo kita tau, trus nggk ada yg tega bilang kita sok tau…
Ya uda, ni dia ada beberapa tips utk mengetahui kapan kita sedang menjadi org yg sok tahu… Saya sarikan dari beberapa tulisan, en dari sumber paling terpercaya.. Apa lagi kalo bukan The Holy Qur’an..
1. Enggan Membaca
Ketika disuruh malaikat Jibril, “Bacalah!”, Rasulullah Saw menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Lalu malaikat Jibril menyampaikan lima ayat pertama yang memotivasi beliau untuk optimis. Adapun orang yang sok tahu, ia pesimis akan kemampuannya. Sebelum berusaha semaksimal mungkin, ia lebih dulu berdalih, “Ngapain baca-baca teori. Mahamin aja sulitnya minta ampun. Yang penting prakteknya kan?” Padahal, Allah pencipta kita itu Maha Pemurah. Ia mengajarkan kepada kita apa saja yang tidak kita ketahui.
Disisi lain, ada pula orang Islam yang terlalu optimis dengan pengetahuannya, sehingga enggan memperdalam. Katanya, misalnya, “Ngapain baca-baca Qur'an lagi. Toh udah khatam 7 kali. Mending buat kegiatan lain aja.” Padahal, Al-Qur'an adalah sumber dari segala sumber ilmu, sumber ‘cahaya’ yang tiada habis-habisnya menerangi kehidupan dunia. Katanya, misalnya lagi, “Ngapain belajar ilmu agama lagi, toh sejak SD hingga tamat kuliah udah diajarin terus.” Padahal, ilmu agama adalah ilmu kehidupan dunia-akhirat.
2. Enggan Menulis
Orang yang sok tahu terlalu mengandalkan kemampuannya dalam mengingat-ingat dan menghafal pengetahuan atau ilmu yang diperolehnya. Ia enggan mencatat. “Ngerepotin,” katanya. Seolah-olah, otaknya adalah almari baja yang isinya takkan hilang. Padahal, sifat lupa merupakan bagian dari ciri manusia. Orang yang sok tahu enggan mencatat setiap membaca, menyimak khutbah, kuliah, ceramah, dan sebagainya. Padahal, Allah telah mengajarkan penggunaan pena kepada manusia.
Di sisi lain, ada pula orang yang kurang mampu menghafal dan mengingat-ingat pengetahuan yang diperolehnya, tapi ia merasa terlalu bodoh untuk mampu menulis. “Susah,” katanya. Padahal, merasa terlalu bodoh itu jangan-jangan pertanda kemalasan. Emang sih, kalo nulis buat orang lain, kita perlu ketrampilan tersendiri. Tapi, bila nulis buat diri sendiri, bukankah kita gak bakal kesulitan nulis sesuka hati? Apa susahnya nulis di buku harian en yang lainnya.
3. Membanggakan Keluasan Pengetahuan
Orang yang sok tahu membanggakan kepintarannya dengan memamerkan betapa ia banyak membaca, banyak menulis, banyak mendengar, banyak berceramah, dan sebagainya tanpa menyadari bahwa pengetahuan yang ia peroleh itu semuanya berasal dari Allah. Ia mengira, prestasi yang berupa luasnya pengetahuannya ia peroleh berkat kerja kerasnya saja. Padahal, terwujudnya pengetahuan itu pun semuanya atas kehendak-Allah.
Mungkin ia suka meminjam atau membeli buku sebanyak-banyaknya, tetapi membacanya hanya sepintas lalu atau malah hanya memajangnya. Ia merasa punya cukup banyak wawasan tentang banyak hal. Ia tidak merasa terdorong untuk menjadi ahli di bidang tertentu. Kalau ia menjadi muballigh ‘tukang fatwa’, semua pertanyaan ia jawab sendiri langsung walau di luar keahliannya. Ia mungkin bisa menulis atau berbicara sebanyak-banyaknya di banyak bidang, tetapi kurang memperhitungkan kualitasnya.
4. Merendahkan Orang Lain Yang Tidak Sepaham
Bagi orang Islam yang sok tahu, siapa saja yang bertentangan dengan pendapatnya, segera saja ia menuduh mereka telah melakukan bid'ah, sesat, meremehkan agama, dan sebagainya. Bahkan, misalnya, sampai-sampai ia melarang orang-orang lain melakukan amal yang caranya lain walau mereka punya dalil tersendiri. Ia menjadikan dirinya sebagai “Yang Maha Tahu”, terlalu yakin bahwa pasti pandangan dirinyalah satu-satunya yang benar, sedangkan pandangan yang lain pasti salah. Padahal, Allah Swt berfirman, “Janganlah kamu menganggap diri kamu suci; Dia lebih tahu siapa yang memelihara diri dari kejahatan.” (An-Najm [53]: 32)
Muslim yang sok tahu cenderung menganggap kesalahan kecil sebagai dosa besar dan menjadikan dosa itu identik dengan kesesatan dan kekafiran! Lalu atas dasar itu dengan gampangnya ia mengeluarkan ‘vonis hukuman mati’. Padahal, dalam sebuah hadits shahih dari Usamah bin Zaid dikabarkan, “Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah, maka ia telah Islam dan terpelihara jiwa dan hartanya. Andaikan ia mengucapkannya lantaran takut atau hendak berlindung dari tajamnya pedang, maka hak perhitungannya ada pada Allah. Sedang bagi kita cukuplah dengan yang lahiriah.”
5. Menutup Telinga dan Membuang Muka Bila Mendengar Pendapat Lain
Orang yang sok tahu tidak memberi peluang untuk berdiskusi dengan orang lain. Kalau toh ia memasuki forum diskusi di suatu situs, misalnya, ia melakukannya bukan untuk mempertimbangkan pendapat yang berbeda dengan pandangan yang selama ini ia anut, melainkan untuk mengumandangkan pendapatnya sendiri. Ia hanya melihat selayang pandang gagasan orang-orang lain, lalu menyerang mereka bila berlainan dengannya. Ia tidak mau tahu bagaimana mereka berhujjah (berargumentasi).
Di samping itu, orang yang sok tahu itu bersikap fanatik pada pendapat golongannya sendiri. Seolah-olah ia berseru, “Adalah hak kami untuk berbicara dan adalah kewajiban kalian untuk mendengarkan. Hak kami menetapkan, kewajiban kalian mengikuti kami. Pendapat kami semuanya benar, pendapat kalian banyak salahnya.” Orang yang terlalu fanatik itu tidak mengakui jalan tengah. Ia menyalahgunakan aksioma, ‘Yang haq adalah haq, yang bathil adalah bathil.’
6. Suka Menyatakan Pendapat Tanpa Dasar Yang Kuat
Muslim yang sok tahu gemar menyampaikan pendapatnya dengan mengatasnamakan Islam tanpa memeriksa kuat-lemahnya dasar-dasarnya. Ia suka berkata, “Menurut Islam begini.... Islam sudah jelas melarang begitu....” dan sebagainya, padahal yang ia ucapkan sesungguhnya hanyalah, “Menurut saya begini.... Saya melarang keras engkau begitu....” dan seterusnya. Kalau toh ia berkata, “Menurut saya bla bla bla....”, ia hanya mengemukakan opini pribadinya belaka tanpa disertai dalil yang kuat, baik dalil naqli maupun aqli.
7. Suka Berdebat Kusir
Jika pendapatnya dikritik orang lain, orang yang sok tahu itu berusaha keras mempertahankan pandangannya dan balas menyerang balik pengkritiknya. Ia enggan mencari celah-celah kelemahan di dalam pendapatnya sendiri ataupun sisi-sisi kelebihan lawan diskusinya. Sebaliknya, ia tekun mencari-cari kekurangan lawan debatnya dan menonjol-nonjolkan kekuatan pendapatnya. Dengan kata lain, setiap berdiskusi ia bertujuan memenangkan perdebatan, bukan mencari kebenaran.
Nah, masih ada yang mau jadi orang sok tahu…?? Tentu tidak… tingg..

SudarM/1404’11…..

Jumat, 01 April 2011

Sunnah malam Jum'at bukan baca Yasin tapi baca Al-Kahfi

Dari Abu Sa'id al-Khudri radiyallaahu ’anhu, Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa yg membaca surat al-Kahfi pada hari Jum'at akan diberikan cahaya di antara dua Jumat." [HR AlHakim 3/368 dan alBaihaqi 3/249 dishahihkan oleh syaikh al-Albani dlm Irwa'ul Ghalil no 626].

Ada riwayat lain dari Abu Sa'id al-Khudri ia berkata, "Barang siapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jumat..." [HR ad-Darimi 2/454, riwayat ini mauquf shahih sanadnya. Lihat Ahaaditsul Jum'ah- syaikh 'Abdul Quddus]

Imam as-Syafi'i pun berkata, "Saya menyukai dibaca surat al-Kahfi juga pd malam Jumat." Shahih Al-Adzkar 1/449.
Berarti disunnahkan baca surat al-Kahfi pada malam dan hari Jumat.
Yang mengatakan sunnah membaca surat Yasin sebenarnya tidak mengapa. Hanya saja harus dengan mendatangkan dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan... Bahkah kita, yang kebanyakan mengaku bermadzhab Syafi'i, justru dalan hal ini tidak ikut madzhab beliau..
wallau a'lam...

SudarM..