Senin, 29 November 2010

Ilmu dulu, baru amal !

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (HR. Bukhari)
Demikianlah hadits yang selalu kita dengar. Tanpa terkecuali, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mewajibkan kepada semua umatnya untuk belajar. Dan tentulah yang diinginkan Rasulullah adalah ilmu yang berhubungan dengan agama Islam. Ilmu yang akan membawa pemiliknya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim yang cerdas adalah yang bijak dalam menentukan prioritas amal kehidupannya. Jika ia paham bahwa surga tidak gratis, harus dengan ibadah, dan itu pun ibadah yang Allah terima, maka ia pun harus beribadah dengan sungguh-sungguh pada Allah. Namun tidak lupa, pertama kali ia kudu mencari tahu bagaimana caranya agar ibadahnya Allah terima. Bukan asal ibadah. Sebagaimana ada orang yang beribadah, namun tidak membekali dirinya dengan ilmu mengenai ibadahnya terlebih dahulu. Ia merasa belajar tidak penting, bahkan beranggapan bahwa belajar hanya akan membuang waktu dan tenaga. Ngapain belajar, kalau mau shalat, lihat saja orang yang sedang shalat, kemudian kita contoh. Beres, selesai, simple kan? Tidak usah belajar. Makan waktu, tenaga, dan biaya. Yang penting Islam, berbuat baik tidak jahat, sudah, insya Allah masuk surga. Gak perlu ikut-ikut pengajian.!
Kasihan sekali kalau ada orang semacam itu. Coba kita perhatikan kutipan ini. Ketika salah seorang teman sujud di dalam shalatnya dengan menghamparkan tanggannya ke lantai (tangan sampai siku menempel di lantai), ia ditegur oleh temannya dan memberi tahu bahwa hal itu tidak boleh. Dia malah kebingungan, bahkan tidak percaya. Karena selama shalat puluhan tahun, baru sekarang ini ada yang menegur dan mangatakan perbuatan itu dilarang.
Contoh lain yang lebih besar dari masalah di atas pasti lebih banyak lagi. Umat Islam sendiri tidak tahu ajaran ibadahnya. Padahal syarat agar ibadah diterima Allah selain ikhlas, adalah yang sesuai dengan sunnah Rasulullah. Sedangkan ibadah yang sesuai sunnah itu sendiri adalah dapat diketahui dari belajar.
Sangat memprihatinkan memang. Terkadang kita tahu ilmu tentang sesuatu sampai sedetil-detilnya, tapi untuk permasalahan agama yang hubungannya dengan akhirat, kita tidak tahu sama sekali, walaupun hal itu kita lakukan setiap hari!! Kita ambil contoh, ada seorang bisa mempelajari masalah mesin sampai sedetil-detilnya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara wudhu yang benar. Padahal setiap shalat harus berwudhu, lalu bagaimana dengan shalatnya ya?
Ilmu sebelum beramal sangat penting. Kita harus mengilmui apa yang akan kita amalkan. Karena kalau tidak, salah-salah kita akan terjerumus kepada bid’ah ataupun kesyirikan. Sebagaimana yang kita ketahui dari edisi pertama yang lalu.
Imam Bukhari rahimahullah pun, dalam kitab shahihnya menulis: “Bab Ilmu sebelum ucapan dan perbuatan.” Maksudnya, sebelum berucap dan berbuat, semuanya harus didasari dengan ilmu. Tidak asal ngomong, tidak asal ngelakoni.
Secara akal sehat, pernyataan Imam Bukhari tersebut memang benar dan logis. Misalnya dalam ilmu dunia. Bagaimana seseorang dapat menulis kalau belum pernah belajar menulis. Nah, demikian juga untuk permasalahan akhirat. Bagaimana mungkin bisa berwudhu dengan benar, sedang dia tidak pernah mau belajar berwudhu yang benar, yang berdasarkan dalil-dalil yang jelas. Bukankah orang yang mau belajar pasti lebih tahu dan lebih benar tata caranya daripada orang yang tidak pernah belajar?
Itu saja dalam masalah wudhu yang tidak beres melaksanakannya, sudah sangat merugikan pelakunya. Apa jadinya jika tidak memahami masalah aqidah? Bisa saja menjadi musuhnya Ahlus Sunnah, seperti Khowarij, Mu’tazilah, Murjiah, Qodariyah, Syi’ah, atau mubtadi’ah. Dan ini lebih berbahaya lagi !
Maka, menuntut ilmu agama adalah sebuah keniscayaan bagi semua yang beragama Islam. Laki-laki ataupun wanita, tua maupun yang muda. Hanyasanya tidak semua ilmu dalam pendidikan Islam yang diwajibkan mencarinya. Karena kalau semuanya akan dituntut, sampai akhir hayatpun tidak semuanya dapat dipelajari. Karena ilmu adalah samudera yang maha luas.
Lantas, apa yang mesti kita pelajari terlebih dahulu? Mari kita awali pembahasan “macam-macam ilmu” ini dengan menghayati nasehat Muhammad bin Al-Hasan dalam bukunya Intishar li Ahlil Hadits, hal. 31. Beliau mengatakan, “Ilmu itu empat macam. Pertama, apa yang terdapat dalam kitab Allah atau yang serupa dengannya. Kedua, apa yang terdapat dalam sunah Rasulullah atau yang semacamnya. Ketiga, apa yang disepakati oleh para sahabat Nabi atau yang serupa dengannya, dan jika mereka berselisih padanya, kita tidak boleh keluar dari perselisihan mereka… Keempat, apa yang diangap baik oleh para ahli fikih atau yang serupa dengannya. Ilmu itu tidak keluar dari empat macam ini.”

-anshor-
30 Nov '10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar